Cerita Fiksi : Ciri, Struktur, Unsur, dan Contohnya
Novel, Roman, Cerpen, atau dongeng sebelum tidur yang orangtuamu sering ceriitakan adalah beberapa contoh dari cerita fiksi yang mungkin sudah pernah kamu baca.
Membaca cerita fiksi memang tidak pernah membuat kita bosan serta dapat mengembangkan kemampuan imajinasi seseorang.
Meskipun hanya berupa cerita khayalan, sebuah cerita fiktif terbukti sangat diminati oleh orang-orang.
Namun, apa itu sebenarnya cerita fiksi? Dan apa saja ciri-cirinya? Simak selengkapnya di bawah ini.
DAFTAR ISI
Pengertian Cerita Fiksi

Source : images.pexels.com
Cerita fiksi adalah karya sastra yang berisi imajinasi, khayalan dari penulis yang bukan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Meskipun hanya berdasarkan imajinasi penulis atau pengarangnya, cerita ini masih tetap masuk akal dan dapat mengandung kebenaran yang mendramatisir hubungan antar manusia.
Cerita fiksi ini bisa berdasarkan sejarah, kejadian atau pengalaman hidup penulis atau orang lain yang dibumbui dengan imajinasi-imajinasi si penulis.
Ciri-Ciri Cerita Fiksi

Source : s3-ap-southeast-1.amazonaws.com
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diketahui bahwa cerita fiksi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Bersifat imajinatif atau khayalan
- Dalam ceritanya terdapat kebenaran yang relatif dan tidak mutlak
- Umumnya menggunakan bahasa yang bersifat konotatif
- Tidak memiliki sistematika yang baku
- Umumnya lebih memfokuskan kepada emosi atau perasaan pemaca, bukan logika
- Memiliki pesan moral atau amanat tertentu
Struktur Cerita Fiksi

Source : si.wsj.net
Cerita fiksi terdiri dari 6 bagian, yaitu :
- Abstrak merupakan bagian yang berisi cerita singkat menyeluruh atau inti dari sebuah karya sastra yang sifatnya optional (boleh ada atau tidak).
- Orientasi merupakan bagian yang berisi tentang pengenalan tema dan latar belakang, serta tokoh yang terlibat yang tujuannya untuk memperjelas suatu cerita.
- Kompilasi merupakan bagian yang berisi berbagai permasalahan yang dihadapi para takoh dalam suatu cerita.
- Evaluasi merupakan bagian yang berisi pemecahan atau penyelesaian suatu permasalahan yang dihadapi para tokoh.
- Resolusi merupakan bagian yang berisi inti dari pemecahan masalah yang dihadapi para tokoh.
- Koda (Reorientasi) merupakan bagian akhir yang berisi tentang amanat atau pesan moral yang dipetik dari suatu cerita.
Unsur-Unsur Cerita Fiksi

Source : cdns.klimg.com
Dalam cerita fiksi terdapat unsur penyusun yang dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik.
1. Unsur Instrinsik
- Tema, merupakan sebuah gagasan utama yang menjadi landasan pada suatu karya sastra.
- Tokoh, merupakan pelaku yang diceritakan oleh pengarang.
- Alur/plot, merupakan urutan kejadian dari sebuah cerita fiksi.
- Konflik, merupakan permasalahan yang diangkat dan dialami oleh tokoh pada suatu cerita.
- Latar, merupakan waktu, suasana, dan tempat yang diceritakan dalam suatu cerita fiksi.
- Amanat, merupakan pesan moral yang terkandung dalam suatu cerita yang ingin disampaikan pengarang.
- Sudut pandang, merupakan cara pandang pengarang saat menguraikan cerita yang berkaitan dengan tokoh utama.
- Gaya bahasa, merupakan kata kiasan yang digunakan sebagai cara pengarang menuturkan suatu cerita.
2. Unsur Ekstrinsik
- Latar belakang penulis
Latar belakang penulis dapat berupa riwayat hidup (pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman), karakter, dan aliran sastra yang diikutinya.
Latar belakang ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi isi suatu karya sastra.
- Nilai-nilai
Nilai yang terkandung dalam karya fiksi dapat berupa nilai budaya yang diangkat, nilai sosial, agama dan moralitas.
Kaidah Kebahasaan

Source : imgcdn.rri.co.id
Adapun kaidah kebahasaan atau tata bahasa yang digunakan dalam cerita fiksi yaitu :
- Metafora, merupakan perumpamaan yang kerap digunakan untuk membandingkan atau menggambarkan sebuah benda secara langsung atas dasar sifat yang sama.
- Metonimia, merupakan gaya bahasa yang digunakan sebagai pengganti kata yang sebenarnya yang penggunaan katanya masih saling berhubungan erat.
- Simile (persamaan), merupakan gaya bahasa yang digunakan sebagai pembanding satu hal dengan hal lainnya secara eksplisit (jelas).
Perbedaan Cerita Fiksi dan Nonfiksi

Source : rukita.co
Selain cerita fiksi, terdapat pula cerita nonfiksi yaitu cerita yang ditulis berdasarkan kejadian atau peristiwa nyata seperti kajian keilmuan yang bersifat informatif.
Perbedaan utama cerita fiksi dan cerita nonfiksi adalah :
- Cerita fiksi merupakan cerita yang bukan berdasarkan kejadian sebenarnya, sedangkan nonfiksi merupakan cerita yang berdasarkan fakta atau nyata adanya.
- Cerita fiksi bertujuan sebagai hiburan, sedangkan cerita nonfiksi bertujuan untuk memberikan
informasi, pengetahuan, dan wawasan.
- Cerita fiksi menggunakan gaya bahasa/kiasan, sedangkan cerita nonfiksi menggunakan gaya bahasa yang lugas (denotatif).
Contoh Cerita Fiksi
Berikut salah satu contoh cerita fiksi yang kami kutip dari bocahkampus.com.
Dilarang Mencontek
Karya: Angela Yuni

Source ; fajarpendidikan.co.id
Bagian 1
Sang surya bersinar kekuningan. Kicauan burung perlahan mulai menghilang bersama mengeringnya embun. Suasana di dalam ruang kelas terasa hening. Murid-murid sibuk menatap lembaran kertas soal di atas meja mereka. Mereka tengah berperang dengan fikiran dan konsentrasi mereka demi mendapatkan nilai terbaik.
Sesekali bunyi pintu berdecit mencoba untuk memecah keheningan. Namun mereka asyik tenggelam dalam fikiran masing-masing. Berulang kali Mita menatap guru pengawas dan jam yang menempel pada dinding. Mencari tahu berapa banyak waktu yang tersisa.
“Jangan mencontek ataupun bekerja sama. Kalau diantara kalian melakukan kecurangan, nilai kalian akan ibu anggap nol. Mengerti?” ucap sang guru memperingatkan. Semua terdiam. Tak ada yang berani menyahut dan memilih untuk sibuk mengerjakan soal ujian mereka.
Mita tak sengaja memergoki Dera yang mengambil kertas contekan dari sakunya. “ssst.. Jangan mencontek..” bisik Mita menasehati. Namun Dera menatap Mita sinis dan tak menghiraukan kata-katanya.
Dera masih melakukan hal yang sama pada ujian-ujian berikutnya. Lagi-lagi ia mencontek. “Dera, jangan mencontek. Kalau guru tahu kamu mencontek, nilaimu nanti akan nol” nasihat Mita lagi. Sayang, Dera tetap keras kepala. Bukannya menurut, Dera malah mengajak Mita berdebat. “Jika nilaiku kecil, memang kau mau bertanggungjawab?” Ketus Dera. “Tapi kita tuh seharusnya dulu belajar sebelum ujian..” ujar Mita. “Diam saja. Kalau nanti aku tertangkap, berarti itu salahmu!”
Mita akhirnya menyerah dan menutup mulutnya. Ia berusaha untuk tak lagi peduli pada Dera.
Bagian 2
“Dera!” panggil ibu guru pengawas. Dera mendongak terkejut mendengar panggilan sang guru. “Apa dia ketahuan?” pikirnya. “Ibu perhatikan, kamu dan Mita terus berbicara sejak tadi. Apa kalian bekerja sama?” “Ti.. tidak bu..” elaknya. Ibu guru menghampiri mereka. Dera yang saat itu masih menggengam kertas contekannya, merasa ketakutan. Kertas itu tanpa sengaja terjatuh dan diambil oleh ibu guru.
“Kalian mencontek?” seru sang guru. Mita dan Dera saling pandang. “Tidak, bu. Mita yang mencontek” tuduh Dera. Alangkah jahatnya gadis ini. Hanya karena ingin menutupi perbuatannya, Ia berani menfitnah Mita. “Apa benar kamu mencontek Mita?” “Tidak bu..” jawab Mita jujur. Mita menatap Dera sedih. Namun Dera tetap mencoba membuatnya bersalah. “Dera berbohong bu.. Aku tadi melihatnya” ucap Dera tanpa ampun.
“Dera yang mencontek, bu. Bukan mita.. Aku tadi melihatnya” seru sebuah suara. Tampak Wawan yang mencoba membelanya. “Benar, kamu yang mencontek Dera?” “Ti.. tidak bu.. aku tak berbohong” elaknya “Ayo cepat ikut ibu ke kantor” seru sang guru.
Dera keluar kelas dengan wajah tertunduk malu. Seharusnya ia menuruti nasihat Mita untuk tidak mencontek. Pada akhirnya perbuatannya mendapatkan balasan.